Rabu, 10 Maret 2010

Jeritan Hati Penuh Nestapa

Kegelisahan Itu Mulai Menyeruak.
Bebani Otak yang buntu Tak tau mengapa.
Hati ini mulai terasa berat oleh Beban
Jauh dari apa yang pernah Ku Harakan.

Redup cahaya Lampu, Hanya bisa menyinari sedikit ruangan kecil Bertembok Putih ini.
Tak sanggup untuk sedikit memberi cahaya wajah anak Manusia itu.
Dinding-Dinding seakan menertawai sosok lemah yang menulis di sebuah buku Usang itu.
Curahkan segala perasaan tentang getirnya Hidup yang dihadapi.

Kecaman,Makian dan Cacian pernah dihadapi
Siksa Fisik dan Tekanan Batin juga pernah dirasakan.
Namun kali ini lebih berat daripada mendorong sebuah gerobak penuh problema ke puncak Bukit.
Yang darisana akan dilontarkan ke Jurang Nestapa disertai Teriakan Kekecewaan.
Harapan yang pernah ada seakan Tak mampu berikan semangat.

Wajah Tua Renta penuh Keriput Terlintas Kembali.
Sosok Wanita Luarbiasa yang super Istimewa.
Ibu yang telah mengenalkan ku pada Dunia ini.

Sempat merasa sedih dan Kecewa Tak pernah Bahagiakannya.
Hanya selalu membuat kecewa dan menambah keriput di wajahnya.
Maafkan aku yang belum pernah membahagiakan mu.
Dengan segala upaya telah Ku coba semua cara,
namun itu semua tak berjalan sempurna.

Kerikil-Kerikil Tajam selalu menghentikan Langkahku.
Namun Ku akan Terus Berusaha dan Berjanji dalam Hati,
selama darahmu Masih Mengalir dalam darah Ku,
Takkan pernah aku berhenti berusaha 'tuk buatmu Bahagia.

I'm Sorry mom. Forgive me dad.
Aku belum pernah membuat kalian bangga.